BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan
sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan
pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah
pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam
rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat,
khususnya masyarakat Islam yang berkembang sejak Nabi Muhammad. selain itu
pendidikan juga merupakan kunci kemajuan bangsa.
Sumber – sumber pokok ajaran Islam yang berupa
Al-Qur’an dan Hadits, banyak mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola hidup
maju, sehingga dengan kesejahteraan yang berhasil diciptakannya. Manusia secara
individual dan sosial mampu meningkatkan derajat dan martabatnya, baik bagi
kehidupan didunia maupun diakhirat nanti. sehingga dengan derajat dan
martabatnya sebagai khalifah dimuka bumi dapat diraih berkat usaha pendidikan
yang bercorak Islami itu.
Untuk itu apa sesungguhnya yang perlu dibahas dalam
pendidikan Islam? Berikut akan coba dikaji berbagai persoalan yang berkaitan
dengan pendidikan Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
arti pendidikan?
2. Bagaimana
hakikat pendidikan?
3. Bagaimana
hakikat pendidik?
4. Bagaimana
hakikat anak didik?
BAB
II
PEMBAHASAN
HAKIKAT
PENDIDIKAN ISLAM
1.
Arti
Pendidikan
Orang Yunani menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha
membantu manusia menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi
manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Tujuan mendidik ialah
me-manusia-kan manusia. Syarat untuk disebut manusia ada 3.
Pertama, memiliki kemampuan
dalam mengendalikan diri, kemampuan mengendalikan diri sangat penting dalam
kehidupan ini. Sabar adalah salah satu ciri (indikator atau wujud) kemampuan
mengendalikan diri. Jika orang mampu mengendalikan diri, berarti ia telah
memiliki akhlak mulia.
Kedua, cinta tanah air, dalam
arti cinta pada tempat tinggal; jangan merusak alam, (tidak merusak hutan)
tidak membuang sampah sembarangan, jangan mencorat-coret tembok, jangan
mengganggu ketenangan tetangga. Jika itu terwujud,maka kehidupan akan menjadi
kehidupan yang enak. Dan di mana pun ia tinggal ia akan mencintai tempat itu, sekalipun
ia tinggal di negara orang lain.
Ketiga, berpengetahuan, manusia
yang menjadi tujuan pendidikan itu harus memiliki pengetahuan yang tinggi.
Intinya ialah orang harus mampu berfikir benar.[1]
Ini termasuk aspek pertama pendidikan, yaitu konsep manusia. Aspek
pendidikan yang kedua adalah menolong, pendidik berpendapat bahwa batu
tidak mungkin ditolong menjadi manusia, karena batu tidak memiliki potensi
menjadi manusia. Pendidik mengetahui bahwa,mendidik pendidik itu harus
mengetahui potensi-potensi anak didiknyaa, karena itu, pendidik yang baik tentu
mengetahui psikologi mengenai potensi-potensi itu.
Kata “menolong” juga mengkiaskan agar pendidik tidak
sombong. Bila berhasil,maka hasil itu adalah berkat usaha murid itu sendiri dan
usaha dari orang lain atau pengaruh dari lainnya,sebagiannya merupakan hasil si
pendidik. Kata “menolong” juga
mengajarkan kepada pendidik bahwa ia mestilah melakukan pertolongan itu dengan
kasih sayang. Konsekuensinya ialah, pendidik tidak akan berhasil menolong bila
dalam menolong itu tidak ada rasa kasih sayang kepada yang ditolong. Pendidik
itu harus menolong murid,dan pertolongannya itu harus berisi sesuatu yang
benar. [2]
Agama Islam mengatakan pendidikan dimulai sejak
buaian sampai liang kubur,sedangkan para ahli pendidikan mengatakan pendidikan
berlaku sepanjang hayat (life long education). Ahli lain mengatakan
pendidikan tidak pernah berhenti, ketiganya dapat disimpulkan bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup.
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina,
yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar.
Pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan semua hal yang
merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
Pendidikan secara terminologis dapat diartikan
sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang
ditujukan kepada semua anak didik secara formal maupun non formal dengan tujuan
membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan dan
keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat.
Dari pengertian di atas, secara umum, pendidikan
adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap
upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan
peningkatan kecerdasan inteligensi, emosi, dan kecerdasan spiritualitasnya.[3]
Tujuan dan misi pendidikan yang
dilaksanakan,pada prinsipnya sama,yaitu memberi bimbingan agar dapat hidup
mandiri. Bimbingan diberikan oleh generasi tua (orang tua atau guru) kepada
generasi muda (putera-puteri atau peserta didik),agar dapat meneruskan dan
melestaeikan tradisi yang hidup di masyarakat.
Adapun tujuan dan materi pendidikan pada
prinsipnya hampir sama,yaitu membimbing peserta didik agar dapat hidup mandiri
melalui transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Hasan Langgulung berpendapat bahwa, pendiddikan
dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang individu dan sudut
pandang masyarakat. Dari sudut pandang pertama, pendidikan merupakan usaha
untuk mengembangkan potensi individu. Sedangkan menurut pandangan kedua,
pendidikan adalah usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya oleh generasi tua
kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut terus hidup dan
berlanjut di masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan aktivitas yang sudah
terprogram dalam suatu sistem.[4]
2. Hakikat Pendidikan
Banyak definisi yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan Islam,
Pertama,
pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai
Islam. Pendidikan Islam dikelompokkan dalam lima jenis:
1. Pondok
pesantren atau Madrasah Diniyah
2. Madrasah
dan Pendidikan lanjutannya, seperti IAIN/STAIN atau Universitas Islam Negeri
yang bernaung di bawah Departemen Agama.
3. Pendidikan
Usia didni/ TK
4. Pelajaran
Agama Islam di sekolah/madrasah sebagai suatu mata pelajaran.
5. Pendidikan
Islam dalam Keluarga atau di tempat-tempat ibadah/ forum-forum kajian
keislaman.
Kedua,
pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan
disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Yang mencakup:
Kepala Sekolah dan komponen-komponen aktivitas pendidikan, seperti Kurikulum atau
Program Pendidikan. [5]
Proses
pendidikan sebenarnya telah berlangsung lama,yaitu sepanjang sejarah manusia
itu sendiri, dan seiring pula dengan perkembangan sosial budayanya. Secara umum
memang aktivitas pendidikan sudah ada sejak manusia diciptakan.
Menurut
pandangan islam pendidikan sebagai sebuah proses,berawal dari saat Allah
sebagai Rabb al-‘alamin menciptakan alam ini. Selanjutnya tugas-tugas
kependidikan itu dilimpahkan kepada para Nabi dan Rasul untuk mendidik manusia
di muka bumi.
Dalam
pengertian umum pendidikan sering diartikan sebagai usaha pendewasaan manusia.
Tetapi merujuk kepada informasi Al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek
jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan
menempatkan Allah sebagai pendidik yang maha agung.[6]
a.
Pendidikan
dalam Konsep Tarbiyah
Konsep tarbiyah dirujuk
pada firman Allah: wahai tuhanku,sayangilah keduanya sebagaimana mereka
mendidikku sewaktu kecil.[7]
Pernyataan ini menggambarkan adanya hubungan antara tugas kependidikan orang
tua kepada anaknya dengan tuhan sebagai Rabb (maha pendidik).
b. Pendidikan dalam Konsep Ta’dib
Konsep ini merujuk pada
sabda Rasul Allah SAW. “Aku dididik oleh tuhanku, maka ia memberikan kepadaku
sebaik-baik pendidikan: (al-Hadis).
c. Pendidikan dalam Konsep Ta’lim
Secara etimologi,ta’lim
berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam
kaitan ini, ta’lim cenderung dipahami sebagai proses bimbingan yang dititik
beratkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik. [8]
Hakikat
Pendidikan menjangkau 4 hal yang mendasar, yaitu:
a.
Pendidikan pada
hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama
dari manusia sebagai makhluk berfikir.
b.
Pendidikan pada
hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu
pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya.
c.
Pendidikan
dilakukan di lembaga formal dan non formal,sebagaimana dilaksanakan di
sekolah,keluarga,dan lingkungan masyarakat;
d.
Pendidikan
bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang
tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual
masyarakat, etika dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa,serta terbentuknya
kepribadian yang luhur.
Hakikat
pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang dibebankan kepada semua
umat Islam, bahkan kewajiban pendidikan atau mencari ilmu dimulai semenjak bayi
dalam kandungan hingga ke liang lahat.
Pendidikan
agama menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam[9].
Oleh sebab itu hakikat pendidikan Islam dapat diartikan secara praktis sebagai
hakikat pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.[10] Berdasarkan
firman Allah SWT, Q.S Asy-Syura 52,
y7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) %[nrâ ô`ÏiB $tRÌøBr& 4 $tB |MZä. Íôs? $tB Ü=»tGÅ3ø9$# wur ß`»yJM}$# `Å3»s9ur çm»oYù=yèy_ #YqçR Ïök¨X ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±®S ô`ÏB $tRÏ$t6Ïã 4 y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B ÇÎËÈ
“ dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan
perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran)
dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus” [11]
Ayat Al-Qur’an tersebut menjelaskan
bahwa Al-Qur’an adalah cahaya yang memberi petunjuk kehidupan. Dengan demikian,
hakikat pendidikan islam adalah upaya tanpa putus asa untuk menggali hidayah
yang terkandung dalam Al-Qur’an. Hidayah yang dimaksud adalah hidayah iman,
hidayah ilmu, dan hidayah amal.[12]
3. Hakikat Pendidik
Pendidik,
disebut juga dengan guru, merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru
adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan perannya dalam pendidikan,
sebagai sumber yang menenmpati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Guru sangat
berarti bagi anak didik. Kehadiran seorang guru di kelas merupakan kebahagiaan
bagi mereka, apalagi bila figur guru itu sangat disenangi oleh mereka. [13]
Guru
dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Boleh jadi, dimana guru, di situ ada anak didik yang ingin belajar
dari guru. Sebaliknya, dimana ada anak didik, di sana ada guru yang ingin
memberikan binaan dan bimbingan kepada anak didik. Guru dengan ikhlas
memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya. Tidak sedikit pun dalam
benak guru terlintas pikiran negatif untuk tidak mendidik anak didiknya
meskipun barangkali sejuta permasalahan sedang menimpa kehidupan seorang guru.
Pada
Hakikatnya, Guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa,terpisah
dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai
“Dwitunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap
seiring dan setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat
dipisahkan oleh dimensi ruang,jarak,dan waktu. Tidak pula dapat
dicerai-beraikan oleh lautan, daratan, dan udara. Guru tetap guru dan anak didik
tetap anak didik. Tidak ada bistilah “bekas guru” dan “bekas anak didik”.
Ketika
guru hadir bersama anak didiknya di sekolah, di dalam jiwanya harus tertanam
niat untuk mendidik anak didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan,,
mempunyai siakp dan watak yang baik, cakap dan terampil, bersusila, dan
berakhlak mulia.
Hakikat
Pendidik adalah guru yang singkatannya digugu dan ditiru. Pendidik atau guru
adalah contoh terbaik bagi murid-muridnya yang menjadi anka didik di berbagai
lembaga pendidikan. Dalam interaksi edukatif yang berlangsung antara pendidik
dan anak didik atau guru dan murid-muridnya telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan guru lah yang memaknainya
dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak
didik dalam belajar. [14]
Kedudukan Rasulullah
SAW sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah SWT, sebagai teladan bagi
ummat dan rahmat bagi seluruh alam. Dalam
haditsnya yang diriwayatkan oleh Ahmad yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ (رواه أحمد)
Artinya: “Dari Abu Hurairah R.A, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
saya diutus (kepada manusia hanyalah) untuk menyempurnakan akhlak.”. (HR.
Ahmad).
Rasulullah SAW dari
potret sejarahnya dikenal sebagai manusia yang paling berakhlak dan dipatuhi
sehingga dalam masa kehidupannya sukses mendidik generasi-generasi Islam.
Sebagai seorang pendidik ummat manusia yang mengajarkan agama Islam dan
ketauhidan serta etika berkehidupan, Rasulullah SAW memiliki kepribadian dan
akhlak yang sangat mulia, yang pantas dijadikan teladan bagi seluruh ummat
manusia, hal tersebut senantiasa tercermin dalam kehidupannya.
كُلُ مَولودٍ يولدُ على الفطرةِ فَاَبَوَاهُ يُهودانِه او يُنصرَانِهِ
أَويمجسانِهِ (البخار ومسلم)
Artinya:
“ Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Hakikat Anak Didik
Dalam
perspefktif filsafat pendidikan islam, hakikat anak didik terdiri dari beberapa
macam:
1. Anak
didik adalah darah daging sendiri,orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya
maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di dalam keluarga,
2. Anak
didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik di lembaga
pendidikan formal maupun non formal,seperti sekolah,pondok pesantren, majelis
taklim,dll.
3. Anak
didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan
tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran, dan
berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Bagi para pendidik,anak didik adalah
anaknya sendiri. Oleh karena itu, para pendidik bertanggung jawab melihat
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan anak didiknya, terutama akhlaknya.
Para pendidik berkewajiban menjaga nama baik lembaga pendidikan dengan
mengajarkan pendidikan akhlak kepada anak didiknya, para pendidik membina anak
didiknya dengan materi pengetahuan yang sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan
yang dimaksud.
Anak didik merupakan subjek utama dalam
pendidikan. Para pendidik selalu berhubungan dengan anak didik, tetapi setelah
tugas pendiddik selesai, anak didik dituntut mengamalkan ilmu dalam kehidupan
bermasyarakat. Anak didik dituntut hidup mandiri,mampu menyelesaikan
tugas-tugas pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Tugas utama anak didik adalah belajar,
menuntut ilmu dan mempraktikkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila anak didik menerima mata pelajaran ilmu agama islam yang di dalamnya
terdapat materi ibadah shalat,ilmu yang diterimanya dapat menjadi penuntun
kehidupan ibadahnya. Ilmu tentang shalat bukan hanya untuk dihafal, tetapi
harus diamalkan,sebagaimana ilmu akhlak mengajarkan tata cara berperilaku
menurut ajaran islam maka ilmu akhlak pun bukan untuk dihafal,tetapi untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam psikologi belajar, anak didik yang
mengerti tugasnya dalam belajar adalah anak didik yang konsentrasinya penuh
dalam memerhatikan pelajaran. Anak didik yang mendengarkan guru yang mengajar,
memerhatikan dan mengarahkan pandangannya khusus kepada guru yang sedang
mengajar. Tapi perlu diperhatikan bahwa konsentrasi dalam belajar harus
diiringi oleh fokusnya alam pikiran kepada yang dilihat dan didengar. Meskipun
pandangan mata ke arah guru yang sedang mengajar, jika pikirannya
melayang-layang entah kemana,tidak akan ada belajar. Karena pikiran yang
melayang-layang dan kurang konsentrasi dalam belajar tidak mampu meregup penjelasan
yang disampaikan oleh pendidik.
Keberhasilan belajar anak didik
ditentukan tiga hal yang mendasar,yaitu:
1. Sikap
anak didik yang mencintai ilmu dan para pendidiknya;
2. Sikap
anak didik yang selalu konsentrasi dalam belajar;
3. Tumbuhnya
sikap mental yang dewasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
Menurut aliran Kognitivisme,
keberhasilan pendidikan atau keberhasilan belajar adalah terjadinya perubahan
mentalitas anak didik menjadi lebih baik, lebih dewasa, dan lebih cerdas dalam
memecahkan masalah. Oleh karena itu, anak didik yang berhasil adalah anak didik
yang sikap mentalnya berubah menjadi lebih dewasa atau menjadi suri teladan
bagi umat manusia.[15]
Dalam Islam peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang
hayatnya selalu berada dalam perkembangan, jadi bukan hanya anak-anak yang
sedang dalam pengasuhan dalam pengasihan orang tuanya, bukan pula hanya
anak-anak dalam usia sekolah , tetapi mencakup seluruh manusia yang beragama
Islam maupun tidak atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan . Hal ini
sesuai dengan firman Allah
!$tBur y7»oYù=yör& wÎ) Zp©ù!$2 Ĩ$¨Y=Ïj9 #Zϱo0 #\ÉtRur £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w cqßJn=ôèt ÇËÑÈ
“ Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”
(QS. Saba’ Ayat 28)
Pemahaman tentang peserta didik seperti di atas, didasarkan pada tujuan pendidikan Islam yaitu mewujudkan manusia sempurna serta utuh (insan kamil), yang untuk mencapainya manusia harus berusaha terus menerus melalui berbagai kegiatan pendidikan hingga akhir hayatnya, baik itu melalui pendidikan yang diselenggarakan secara formal maupun non formal.
Pemahaman tentang peserta didik seperti di atas, didasarkan pada tujuan pendidikan Islam yaitu mewujudkan manusia sempurna serta utuh (insan kamil), yang untuk mencapainya manusia harus berusaha terus menerus melalui berbagai kegiatan pendidikan hingga akhir hayatnya, baik itu melalui pendidikan yang diselenggarakan secara formal maupun non formal.
Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap
anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua
orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi
bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?
Dari hadis di atas ada dua hal yang dapat di pahami
yaitu, pertama: setiap mannusia yang lahir memiliki potensi, baik
potensi beragama potensi menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan
potensi yang lainya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh
lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat
berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan majusi.
BAB
III
KESIMPULAN
Pendidikan adalah proses pembinaan
manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk
meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan
inteligensi, emosi, dan kecerdasan spiritualitasnya.
Pendidikan islam
dikelompokkan dalam lima jenis:
1. Pondok
pesantren atau Madrasah Diniyah
2. Madrasah
dan Pendidikan lanjutannya, seperti IAIN/STAIN atau Universitas Islam Negeri
yang bernaung di bawah Departemen Agama.
3. Pendidikan
Usia didni/ TK
4. Pelajaran
Agama Islam di sekolah/madrasah sebagai suatu mata pelajaran.
5. Pendidikan
Islam dalam Keluarga atau di tempat-tempat ibadah/ forum-forum kajian
keislaman.
Hakikat
Pendidikan menjangkau 4 hal yang mendasar,yaitu:
-
Pendidikan pada
hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama
dari manusia sebagai makhluk berfikir.
-
Pendidikan pada
hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu
pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya.
-
Pendidikan
dilakukan di lembaga formal dan non formal,sebagaimana dilaksanakan di
sekolah,keluarga,dan lingkungan masyarakat;
-
Pendidikan
bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang
tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual
masyarakat,etika dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa,serta
terbentuknya kepribadian yang luhur.
Pada
Hakikatnya, Guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa,terpisah
dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai
“Dwitunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap
seiring dan setujuan.
Tugas
utama anak didik adalah belajar, menuntut ilmu dan mempraktikkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila anak didik menerima mata
pelajaran ilmu agama islam yang di dalamnya terdapat materi ibadah shalat,ilmu
yang diterimanya dapat menjadi penuntun kehidupan ibadahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Tafsir.Filafat Pendidikan Islam.Bandung:Remaja
Rosdakarya.2012
Hasan Basri.Filsafat Pendidikan
Islam.Bandung:pustaka
setia.2009
Jalaluddin.Teologi Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindo Persada.2003
Muhaimin.Rekonstruksi Pendidikan Islam.Jakarta:RajaGrafindo Persada.2009
[1] Ahmad Tafsir,Filsafat pendidikan islami,Bandung:
Remaja Rosdakarya,2012, hlm.35.
[2] Ibid,hlm.37.
[3] Hasan Basri,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:pustaka
setia,2009,hlm.54.
[6] Ibid.,hlm 114.
[9] Zuhairini dkk.,2014:152.
[10] Hasan Basri,Filsafat
Pendidikan Islam,Bandung:pustaka setia,2009,hlm.56.
[11] Q.S Asy-Syura
52.
[12] Hasan Basri,Filsafat
Pendidikan Islam,Bandung:pustaka setia,2009,hlm.57.
[13] Kata Syaiful Bahri Djamarah,2005.
[14] Hasan Basri,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:pustaka
setia,2009,hlm.61.
Post a Comment